ceramah amar ma ruf nahi munkar
Perkaraal-amru bil ma'ruf wan nahyu 'anil munkar (menyuruh berbuat yang ma'ruf dan melarang kemungkaran) menempati kedudukan yang agung.Dimana para ulama menganggapnya sebagai rukun keenam dari rukun Islam. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengedepankan perkara ini atas keimanan dalam firman-Nya:Azza wa Jalla telah mengedepankan
Khazanahdalil tentang amanat amar ma'ruf nahi munkar amatlah berlimpah.Saya kutipkan sedikit saja. Surat Ali Imran ayat 104-105: "Dan hendaklah sebagian dari kalian menjadi golongan yang menyeru kepada kemakrufan dan mencegah dari kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar), mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kalian menyerupai golongan orang yang berpecah-belah dan
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
AlMaidah: 2) Setiap rasul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma'ruf nahi mungkar. Yang dimaksud ma'ruf adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah. Yang dimaksud mungkar adalah segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
Untukselengkapnya, marilah kita simak bersama contoh pidato bahasa indonesia tentang Amar Makruf Nahi Munkar berikut ini: Pertama sekali, marilah kita panjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah swt. Karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat yang sangat besar itu ialah umur yang panjang
Classement Des Sites De Rencontres En France. Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah satu ciri dari orang-orang yang mendapatkan kasih sayang Allah ta’ala secara terus menerus baik di dunia maupun di akhirat. Allah ta’ala berfirman dalam surat al-Taubah ayat 71 وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌۭ “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa lag Maha Bijaksana.” Ayat tersebut merupakan salah satu ayat yang menjelaskan perbandingan karakteristik antara orang-orang yang beriman dan orang-orang munafik dari perkataan maupun perbuatan mereka. Diantara sifat orang-orang yang beriman adalah saling tolong menolong antar sesama dalam kebaikan. Berkenaan dengan ayat ini Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah dalam kitab tafsirnya al-Manar berkata [1] “Maksud dari wali diantara orang-orang mukmin adalah mencakup pertolongan, ukhuwah/tali persaudaraan, dan kecintaan secara umum. Termasuk membantu sebuah pekerjaan, baik dengan harta maupun dengan perbuatan, sehingga Rasulullah mengumpamakan kaum muslimin seperti satu tubuh dan satu bangunan yang saling memperkokoh satu sama lain.” Hadirin rahimakumullah Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan karakteristik yang istimewa bagi seorang mukmin karena keduanya merupakan pilar-pilar tegaknya agama islam dan pencegah tersebarnya keburukan. Disamping itu, karakteristik orang-orang yang beriman adalah senantiasa menegakan shalat dan menunaikan zakat serta taat kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah dalam kitab tafsirnya al-Manar [2] “Sedang kaum munafik menyuruh kepada kemungkaran dan mencegah yang ma’ruf, kedua sifat ini merupakan sifat khusus yang istimewa bagi kaum muslimin yang keduanya merupakan pilar-pilar tegaknya agama islam dan pencegah tersebarnya keburukan. Mereka senantiasa menegakan shalat yang diwajibkan dan shalat-shalat sunnah yang disyariatkan dengan menyempurnakan syarat, rukun dan adabnya serta menunaikan zakat yang diwajibkan dan disunnahkan atas mereka, dan mereka senantiasa taat dengan kadar taqwa yang sesuai dengan kemampuan mereka.” Hadirin rahimakumullah Allah ta’ala telah menjanjikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada orang-orang mukmin yang beramar maruf dan nahi mungkar, menegakan shalat, menunaikan zakat dan taat kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya. Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz berkata [3] “Allah menjanjikan rahmat bagi mereka karena aml-amal baik mereka diantaranya adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini menunjukan bawa perkara ini wajib atas semua kaum mukminin dan mukminat sesuai dengan kesanggupannya. Tidak hanya orang per orang karena kewajiban ini merupakan karakter dan akhlak mereka yang agung nan mulia. Namun demikian harus dilakukan dengan hikmah dan ilmu bukan dengan ketidaktahuan dan tidak pula dengan kekerasan dan kekasaran. Maka haruslah mencegah kemungkaran dan menyuruh kepada kebaikan berdasarkan ilmu dan hujjah. Kebaikan adalah yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya sedangkan kemungkaran adalah yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.” Hadirin rahimakumullah Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh setiap mukmin yang dengan sifat tersebut dia akan mendapatkan balasan dari Allah ta’ala berupa kasih sayang-Nya baik di dunia maupun di akhirat. [1] Imam Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim al-Masyhur Bi al-Tafsir al-Manar, Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cetakan kedelapan, 2005, hal. 476-473. [3] Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Fatwa-Fatwa Terkini, Jakarta Darul Haq , cetakan kelima, 2008, hal. 335.
Materi untuk Ceramah Kultum Ramadhan Alhamdulillahi Rabbil alamin, ash-sholatu wassalamu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallim.. Allah Azza wa Jalla berfirman يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu dan takutilah dengan suatu hari yang pada hari itu seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat pula menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan pula penipu syaitan memperdayakan kamu dalam mentaati Allah [Luqman/3133] Allah Azza wa Jalla juga berfirman وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya [al-Anfal/825] Hati-hatilah kalian dengan kehidupan dunia. Janganlah kamu terpedaya dengan kenikmatan dan kesenangannya. Janganlah kamu terperdaya oleh penipu setan dalam mentaati Allah Azza wa Jalla . Janganlah kamu tertipu dengan banyaknya harta. Janganlah kamu tertipu dengan kelapangan hidup, manisnya dunia dan keindahannya. Janganlah kamu tertipu dengan nikmat keamanan dan kesehatan dari Allah Azza wa Jalla . Janganlah kamu tertipu dengan pembiaran Allah Azza wa Jalla kepadamu ketika kamu meninggalkan kewajiban dan banyak berbuat maksiat. Perhatikan orang-orang dan kampung-kampung yang ada di sekelilingmu. Lihatlah, maksiat telah tersebar di masyarakat Islam, maksiat yang telah lalu pun muncul kembali sekarang ini. Di antara mereka ada orang yang meremehkan shalat, mengikuti hawa nafsu, menahan zakat, dan bermuamalah riba secara terang-terangan atau dengan secara penipuan. Allah Azza wa Jalla berfirman يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar [al-Baqarah/29] Mereka menahan zakat dengan alasan mengikuti rukhsah keringanan dari sebagian Ulama`. Mereka tidak melihat bahwa kebenaran adalah yang ditunjukkan oleh dalil. Tidak boleh bagi seorang pun untuk selalu mengikuti rukhsah para Ulama`. Sesungguhnya sebagian ulama mengatakan “Barang siapa selalu mengikuti rukhsah, sungguh ia telah berfaham zindiq”. Mereka Jauh dari sifat malu. Mereka melanggar hal-hal yang diharamkan. Mereka seperti binatang yang hanya mencari perbendaharaan dunia. Mereka meremehkan agama, mencegah dari jalan Allah Azza wa Jalla , dan mengikuti jalan orang-orang kafir. Mereka dihiasi oleh amal-amal buruk mereka. Mereka mengira hal itu adalah kebebasan dan kemajuan. Mereka tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan perbudakan di bawah belenggu yahudi dan kemunduran dari jalan Salafus Shalih. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata Mereka lari dari perbudakan yang telah diciptakan menjadi fitrah bagi mereka Dan mereka diuji dengan perbudakan jiwa dan setan Demikianlah kebanyakan manusia di sebagian negara-negara Islam. Kita khawatir akan menimpa negeri kita yang terjaga, yang kebanyakan penduduknya menginginkan kebenaran dan mengerjakannya. Aku khawatir akan tertimpa waba` penyakit di negeri kita hingga kita binasa. Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya sebab-sebab kemunduran ini kembali pada 2 perkara, yaitu 1. Lemahnya agama dan kuatnya orang yang menyeru kepada kebatilan. 2. Lemahnya amar makruf dan nahi munkar dan mudahanah penipuan yang mengatasnamakan agama. Penjagaan agama tidak akan tegak kecuali dengan amar makruf dan nahi munkar. Memerintah apa yang telah di perintahkan Allah Azza wa Jalla dan Rasulnya dan melarang apa yang telah dilarang Allah Azza wa Jalla dan Rasulnya dengan tujuan nasehat karena Allah Azza wa Jalla bagi hambanya Jika kita tidak melakukan amar makruf nahi munkar, hampir-hampir kita lenyap sebagaimana orang-orang selain kita. Karena itulah Allah Azza wa Jalla berfirman وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali Imran/3104] Saya memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menjadikanku termasuk golongan umat ini. Ya Allah Azza wa Jalla , jadikanlah kami golongan orang yang mengajak kepada kebaikan, melakukan amar makruf nahi munkar dan mendapat keberuntungan di dunia akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” [Ali Imran/3105] Jika kita tidak melakukan amar makruf nahi munkar, kita pasti akan berselisih, karena masing-masing orang akan melakukan sekehendaknya. Dirinya di uji oleh hawa nafsunya. Ketika itu akan terjadi perselisihan/perpecahan di tubuh umat Islam. Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” [Ali Imran/3110] Jika kita mengerjakan 3 hal yaitu Iman kepada Allah Azza wa Jalla ,amar makruf dan nahi munkar. Kita akan menjadi sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia. Jika kita meninggalkannya, maka kita tidak akan menjadi sebaik-baik umat. Bahkan mungkin akan menjadi umat yang paling jelek. Karena tidak ada nasab antara hamba dan Allah Azza wa Jalla .akan tetapi, barang siapa yang bertaqwa, dialah yang mulia di sisi-Nya. Orang yang paling mulia di sisi Allah Azza wa Jalla adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya sebagian manusia mengira bahwa amar makruf dan nahi munkar khusus bagi orang yang di tunjuk oleh daulah pemerintah saja. ini adalah prasangka yang salah. Amar makruf dan nahi mungkar tidak terbatas bagi satu kelompok tertentu saja, akan tetapi merupakan kewajiban seluruh manusia Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran. Mim, di sini adalah untuk syarat dan disebut dengan bentuk umum, artinya siapapun yang melihat kemungkaran, wajib baginya merubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan maka dengan hatinya. Jika ia termasuk orang yang di beri hak oleh penguasa, maka hendaknya mengubah dengan tangannya. Jika tidak, maka hendaknya berpindah kepada derajat yang kedua yaitu dengan lisannya, dengan cara berbicara dengan nasehat dan arahan. Jika tidak mungkin, maka dengan hatinya, dengan cara mengingkari dan membenci kemungkaran tersebut serta berlepas diri dari pelakunya. Akan tetapi, tidak berlepas diri secara mutlak, karena pelaku kemungkaran yang masih muslim ada sisi baik dan sisi buruknya. Hendaknya ia berpaling dari sisi buruknya dan menolong pada sisi baiknya. Jika seseorang tidak merasa tidak bermanfaat ketika mendatangi orang yang berbuat munkar, maka wajib baginya menyerahkan kepada yang berwenang yang berhak mengurusi orang ini. Jika telah menyerahkanya, maka gugurlah kewajibannya dan ia selamat dari dosa. Adapun bagi yang berwenang hendaknya menegakkan perbaikan yang telah Allah Azza wa Jalla wajibkan atas mereka. Sesungguhnya umat tidak akan menjadi kuat dan terpandang hingga mereka bersatu, dan hal itu tidak mungkin tercapai kecuali tegak amar makruf nahi mungkar. Sehingga umat berada dalam satu agama dalam akidah, ucapan, amalan dan jalan yang lurus. Jika tidak, maka fondasi Islam akan roboh. Mereka berpecah menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok merasa bangga dengan kelompoknya. Ketika itu benarlah firman Allah Azza wa Jalla إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat” [al-An`am/6159] Kalian adalah umat yang satu. Jika kalian tidak menegakkan perintah Allah Azza wa Jalla dan melakukan perbaikan di masyarakat dengan menerapkan agama Allah Azza wa Jalla , maka siapa lagi? Jika mereka tidak saling bahu-membahu mencegah keburukan dan kerusakan, maka semua akan hancur. Abdullah bin mas`ud Radhiyallahu anhu berkata“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang dari bani Israil apabila melihat saudaranya mengerjakan dosa, ia pun mencegahnya sebagai permaafan baginya. Jika besoknya tidak mencegah apa yang dia lihat. Ia pun duduk dan makan bersamanya. Tatkala Allah Azza wa Jalla melihat hal itu. Allah Azza wa Jalla pukul hati sebagian mereka kepada sebagian yang lain dan Allah Azza wa Jalla melaknat mereka melalui lisan Nabi mereka Dawud Alaihissallam dan Isa Bin Maryam Alaihissallam. Hal itu karena mereka durhaka dan melampaui batas”” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “ Demi dzat yang diriku berada di tangannya. Hendaklah kalian benar-benar melaksanakan amar makruf dan nahi munkar. Dan hendaklah kalian benar-benar mengambil tangan orang yang bodoh dan membawanya kepada kebenaran atau Allah Azza wa Jalla benar-benar akan memukul hati sebagian kalian dengan sebagian yang lainnya kemudian melaknat kalian sebagaimana Allah Azza wa Jalla melaknat mereka” [Tafsîr ath-Thabary 4/657 dan Ibnu Abî Hatim dalam Tafsîr Ibnu Katsîr 3/161] Tatkala kaum Muslimin menaklukkan pulau Cyprus. Penduduknya takut dan menangis. Diperlihatkan kepada Abu Darda` Radhiyallahu anhu, dia menangis. Ada yang bertanya “Apa yang membuat kamu menangis pada hari Allah Azza wa Jalla memuliakan Islam dan pemeluknya? Ia menjawab “Celaka kamu. Sungguh hina seorang makhluk di hadapan Allah Azza wa Jalla jika mereka meremehkan perintah-perintah-Nya. Sebelumnya mereka adalah umat yang rajanya menindas secara terang-terangan dan mereka meninggalkan perintah Allah Azza wa Jalla. Kamu lihat mereka menjadi seperti sekarang ini” Oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XIII/1430/2009M. Artikel ini didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening 8610185593 BCA / 7051601496 Syariah Mandiri / 1370006372474 Mandiri. Hendri Syahrial Keterangan lebih lengkap Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur 🔍 Mimpi Basah Menurut Islam, Lafadz Lailahaillallah Muhammadarrasulullah Arab, Menipu Dalam Islam, Waktu Takbir Idul Fitri, Mandi Wajib Setelah Berhubungan Intim, Yang Membatalkan Wudlu KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
Amar ma'ruf nahi munkar merupakan konsep penting dalam ajaran Islam. Materi khutbah Jumat kali ini menjelaskan bahwa mengajurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran tidak bisa dilakukan secara serampangan. Ada etika dan rambu-rambu yang mesti dipenuhi. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Tugas Amar Ma'ruf Nahi Munkar". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْاٰنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. فَقَالَ الله تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Amar ma'ruf nahi munkar, yakni mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, merupakan bagian dari ajaran agama Islam. Setiap muslim diwajibkan untuk menebar kebaikan sebanyak mungkin, dan berusaha untuk mencegah kemungkaran di mana pun dia berada. Dalam surat Ali Imran ayat 110, Allah swt berfirman كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ Artinya “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh pada yang ma'ruf, dan mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah...” QS Ali Imran ayat 110. Imam ath-Thabari dalam Tafsir Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an menjelaskan أَمَّا قَوْلُهُ "تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ" فَإِنَّهُ يَعْنِيْ تَأْمُرُوْنَ بِالْإِيْمَانِ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَالْعَمَلِ بِشَرَائِعِهِ، "وَتَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنْكَرِ" يَعْنِيْ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الشِّرْكِ بِاللهِ وَتَكْذِيْبِ رَسُوْلِهِ وَعَنِ الْعَمَلِ بِمَا نَهَى عَنْهُ Artinya “Adapun firman Allah ta’muruna bil ma’ruf menyuruh kebaikan, maksudnya adalah mengajak untuk beriman kepada Allah, Rasulullah, dan mengamalkan syariat. Sementara wa tanhauna anil munkar mencegah yang munkar, maksudnya mencegah syirik, mendustakan Rasulullah, dan mengerjakan yang dilarang Tuhan.” Meskipun sebuah keharusan, amar ma'ruf nahi munkar tidak boleh dilakukan secara semberono dan serampangan. Penerapan amar ma'ruf nahi munkar mesti dilandasi pada ilmu dan kearifan. Penerapannya tidak boleh bertentangan dengan tujuan disyariatkan amar ma'ruf dan nahi munkar itu sendiri. Jangan sampai, tujuan kita mengajak orang berbuat baik, tapi orang yang diajak malah kabur, karena pendekatan yang kita gunakan tidak cocok dengan objek yang diajak. Jangan sampai juga, tujuannya mencegah kemungkaran, tetapi malah melahirkan kemungkaran yang baru. KH. Achmad Siddiq pernah menulis artikel berjudul “Amar Ma’ruf Nahi Munkar sebagai langkah pembinaan Khaira Ummah dalam Masyarakat Pancasila”. Dalam artikel itu, mengutip Imam al-Ghazali, beliau menjelaskan beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar, supaya gerakannya produktif dan tidak menimbulkan masalah baru. Imam al-Ghazali dalam Ihya ulumiddin menekankan pelaksanan amar ma'ruf nahi munkar terdiri dari empat unsur muhtasib pengawas/pelaksana, muhtasab alaih objek yang diawasi/diajak, muhtasab fih masalah, dan ihtisab bentuk pengawasan/penanganan. Keempat unsur ini saling berkaitan dan apabila berubah salah satunya, maka pola penangananya pun akan berbeda. Misalnya, apabila kita ingin mengajak seorang anak untuk berbuat baik dan rajin beribah, tentu metodenya berbeda dengan orang dewasa. Menerapkan metode orang dewasa terhadap anak kecil akan menimbulkan masalah baru dan kemungkinan besar anak yang diajak tidak akan berubah. Sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah, KH Achmad Siddiq menekankan dua hal terkait pelaksanakan amar ma'ruf nahi munkar. Pertama, perlu dibedakan antara maksiat dengan munkar. Munkar itu lebih luas daripada maksiat. Setiap sesuatu yang dapat membahayakan kepentingan umum dapat disebut sebagai kemungkaran, meskipun tidak dianggap maksiat. Karenanya, kalau ada orang gila yang berzina di depan umum, wajib dicegah, meskipun perbuatan zina bagi orang yang gila tidak termasuk dalam kategori maksiat. Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menjelaskan الْمُنْكَرُ أَعَمُّ مِنَ الْمَعْصِيَةِ، إِذْ مَنْ رَأَى صَبِيًّا أَوْ مَجْنُوْنًا يَشْرَبُ الْخَمْرَ فَعَلَيْهِ أَنْ يُرِيْقَ خَمْرَهُ وَيَمْنَعُهَ، وَكَذَا إِنْ رَأَى مَجْنُوْنًا يَزْنِي بِمَجْنُوْنَةٍ أَوْ بَهِيْمَةٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَمْنَعَهُ مِنْهُ “Munkar lebih umum dari maksiat. Karenanya, apabila melihat anak kecil atau orang gila minum khamar, wajib diambil minumannya dibuang dan dilarang. Begitu pula, jika melihat orang gila berzina, baik dengan sesama orang gila ataupun binatang, hukumnya wajib untuk dicegah.” Selain menekankan pentingnya pembedaan antara maksiat dan munkar, KH Achmad Siddiq juga menegaskan bahwa kemungkaran yang wajib dicegah adalah munkar bil ijma’ disepakati oleh para ulama sebagai kemungkaran, sementara kemungkaran yang masih diperdebatkan hukumnya oleh para ulama tidak wajib untuk dilarang atau dicegah. Ma’syiral muslimin rahimakumullah, Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menjelaskan bahwa orang yang akan melakukan amar ma'ruf nahi munkar muhtasib harus berilmu, wara’, dan berakhlak baik. Beliau mengatakan dalam Ihya Ulumiddin وَلْيَكُنْ عَالِمًا وَرَعًا وَحُسْنَ الْخُلُقِ يَتَلَطَّفُ فَلَا يَعْنُفُ، إِمَّا الْعِلْمُ فَلْيَعْلَمُ حُدُوْدَ الْاِحْتِسَابِ، وَالْوَرَعُ لِيَقْتَصِرَ عَلَى حَدِّ الْمَشْرُوْعِ فِيْهِ، وَيَحْسُنُ الْخُلُقَ بِتَلَطُّفٍ فَلَا يَعْنُفُ كَيْلَا يَتَجَاوَزَ حَدَّ الشَّرْعِ فَيَفْسُدَ أَكْثَرُ مِمَّا يَصْلُحُ “Muhtasib harus berilmu, wara’, dan berakhlak baik, bersikap lembut dan tidak keras. Muhtasib harus berilmu supaya mengetahui ketentuan ihtisab pengawasan/bentuk penanganan; muhtasib harus wara’ supaya bisa membatasi diri pada ketentuan yang disyariatkan; berakhlak mulia dengan lembut dan tidak keras supaya tidak melewati batasan syariat, sehingga menimbulkan mafsadat lebih banyak dibanding kemaslahatannya. Jadi orang yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar harus berilmu, wara’, dan berakhlak mulia. Tidak boleh melakukan kekerasan ketika dalam pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar. Karena kalau melakukan kekerasan, alih-alih menjadi baik, justru mendatangkan kemudaratan dan kemungkaran yang baru. Apalagi dalam konteks bernegara, kita tidak boleh melanggar aturan hukum dalam pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar. Kita harus menyerahkan urusan yang berkaitan dengan hukum kepada aparatus negara, agar tidak terjadi ketidakadilan dan kezaliman. Terlebih lagi, dalam kaidah disebutkan, al-dharar ya yuzalu bidl dlarar, kemudaratan tidak boleh dihilangkan dengan kemudaratan. بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لَآ إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر Ustadz Hengki Ferdiansyah, pegiat kajian hadits, tinggal di Jakarta Baca naskah khutbah Jumat lainnya Khutbah Jumat 9 Jenis Bertutur Kata menurut Al-Qur’an Khutbah Jumat Berbuat Baik kepada Tetangga Khutbah Jumat Singkat Mari Mudahkan Urusan Orang Lain Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI
Ilustrasi amar maruf nahi munkar. Foto ShutterstockAmar ma’ruf nahi munkar merupakan prinsip utama yang harus dipegang oleh umat Islam. Prinsip ini menekankan pada perintah menyeru kebaikan dan mencegah keburukan. Dalam surat Ali Imran ayat 104, Allah Swt berfirmanوَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."Dalam ayat tersebut, Allah mengatakan bahwa orang yang menyeru amar ma’ruf nahi mungkar termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Sebab, mereka akan selalu dinaungi oleh kebenaran dan dijauhkan dari balik itu, amar ma'ruf nahi munkar ternyata mengandung makna yang lebih dalam. Apakah itu? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Contoh SikapnyaSejatinya, Islam adalah agama yang membawa kebenaran. Maka, amar ma’ruf nahi munkar dapat diartikan sebagai sikap menyeru pada ajaran Islam dan mencegah segala hal yang bertentangan mengajarkan anak mengaji Foto ShutterstockDalam jurnalnya yang berjudul Mengutip Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin dan Relevansinya dengan Dakwah Zaman Modern di Indonesia 2019 41, Mar’atus Sholihah mengatakan bahwa amar ma’ruf nahi munkar erat kaitannya dengan akhlak praktiknya, orang yang menerapkan prinsip ini akan melaksanakan rencana-rencana perbaikan akhlak dan mencegah dirinya dari kejahatan yang disebutkan pula dalam sebuah riwayat lain bahwa amar ma’ruf nahi munkar erat kaitannya dengan iman seseorang. Dari Abu Sa'id al-Khudriy, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda"Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran, hendaklah ia mencegah kemunkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman." HR. Muslim, no. 49Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa kemunkaran hendaknya dicegah semaksimal mungkin. Umat Muslim harus menggunakan tangan, lisan, dan hatinya dalam mencegah kemunkaran. Sebab, ini adalah bagian daripada berdoa. Foto Shutter StockDalam perbuatan ma’ruf, umat Muslim juga perlu mengamalkannya semaksimal mungkin. Menurut Ash-Shabuni 1997220 dalam kitab tafsirnya, ma’ruf mencakup perbuatan yang diperintahkan oleh syariat dan bisa diterima oleh akal contoh perbuatannya sangat beragam, di antaranya mengamalkan rukun Islam, bersikap jujur, sabar, membantu orang yang membutuhkan, sedekah, silaturahmi, menghormati orang tua, dan pandangan Islam, menyeru kepada kebenaran dan menegakkannya, menafkahkan harta di jalan Allah SWT, dan berjuang melawan kezaliman merupakan perbuatan penting yang ditekankan dalam amar ma’ruf nahi sudah menjadi kewajiban manusia untuk menghidupkan dan memelihara perbuatan tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya"Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada mengerjakan pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”QS. Ali Imron 114Apa itu amar ma'ruf nahi munkar?Apa contoh amar ma'ruf?Bagaimana cara mencegah kemunkaran?
AMAR MA’RUF & NAHI MUNKAR Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah. Wa ba’du Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir memberikan peringatan terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, serta yang menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu anil munkar menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran menempati kedudukan yang agung. Dimana para ulama menganggapnya sebagai rukun keenam dari rukun Islam. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengedepankan perkara ini atas keimanan dalam firman-Nya كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ ﴿١١٠﴾ سورة آل عمران Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Demikian pula dalam surat at-Taubah, Allah Azza wa Jalla mengedepankannya atas penegakkan shalat dan membayar zakat. Allah Ta’ala berfirman وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٧١﴾ سورة آل عمران Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Konteks at-taqdim pengedepanan lafaz ini bertujuan untuk menerangkan mengenai betapa agungnya perkara wajib ini, sekaligus untuk menjelaskan betapa urgensinya dalam kehidupan individual, masyarakat maupun berbangsa. Implementasi dan penegakkannya dapat membaikkan umat, membawa kebaikan yang banyak dan menekan tingkat kejahatan, meminimalisir kemungkaran. Sebaliknya dengan ditinggalkannya perkara ini, menimbulkan akibat-akibat yang mengerikan, berbagai bencana besar, kejahatan yang merajalela, perpecahan umat, hati-hati yang mengeras atau bahkan mati, munculnya perbuatan-perbuatan nestapa dan semakin merebak luas, vokalnya suara-suara kebatilan, serta maraknya kemungkaran. DIANTARA KEUTAMAAN AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR, YAITU PERTAMA, bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan profesi dan tugas agung para rasul alaihimus salam, Allah Ta’ala berfirman وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ ﴿٣٦﴾ سورة النحل Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan "Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu". KEDUA, bahwa ia termasuk sebagai ciri-ciri orang-orang beriman, sebagaimana firman Allah Ta’ala التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾ سورة التوبة Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji Allah, yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu. Sebaliknya, orang-orang yang kerap berbuat kemungkaran dan kerusakan seperti yang difirmankan-Nya الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٦٧﴾ سورة التوبة Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma`ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. KETIGA, sesungguhnya amar ma’ruf dan nahi munkar termasuk karakteristik orang-orang shalih, Allah Ta’ala berfirman لَيْسُواْ سَوَاء مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللّهِ آنَاء اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ ﴿١١٣﴾ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُوْلَـئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١١٤﴾ سورة آل عمران 113. Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud sembahyang. 114. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada mengerjakan pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. KEEMPAT, diantara bentuk dari kebaikan umat ini, adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah Ta’ala berfirman كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ ﴿١١٠﴾ سورة آل عمران Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. KELIMA, dapat meneguhkan kedudukan umat di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ ﴿٤١﴾ سورة الحج yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.. KEENAM, bahwa ia termasuk sebagai sebab-sebab turunnya pertolongan Allah. Allah Ta’ala berfirman وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾ الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ ﴿٤١﴾ سورة الحج 040. ... Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. 041. yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. KETUJUH, betapa besarnya keutamaan penegakkan perkara amar ma’ruf dan nahi munkar ini. Allah Ta’ala berfirman لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً ﴿١١٤﴾ سورة النساء Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا» “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun.” HR. Muslim. KEDELAPAN, termasuk faktor yang dapat menggugurkan dosa-dosa, sebagaimana beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ » “Fitnah bencana seorang pria terletak pada istrinya, hartanya, dirinya, anaknya dan tetangganya. Puasa, shalat, sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar dapat menggugurkannya.” HR. Ahmad. KESEMBILAN, pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan upaya memelihara lima perkara urgen adh-dharuriyah al-khams, yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Sementara itu, perkara amar ma’ruf dan nahi munkar ini masih memiliki berbagai keutamaan lagi, selain yang telah kami sebutkan tadi. Akan tetapi sekiranya perkara amar ma’ruf dan nahi munkar ini ditinggalkan dan panjinya ditelantarkan; Akan menimbulkan berbagai kerusakan di daratan dan di lautan, serta akan melahirkan berbagai konsekuensi serius, diantaranya yaitu Terjadi kebinasaan dan siksaan adzab. Allah Azza wa Jalla berfirman وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢٥﴾ سورة الأنفال Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. Dari Hudzaifah Radhiyallahu Anhu secara marfu’ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ » “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Atau jika tidak nyaris Allah akan mengirimkan siksaan segera atas kalian sebab telah mengabaikannya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya namun doa kalian tidak dikabulkan.” Muttafaqun Alaihi. Ketika Ummul Mukminin Zainab Radhiyallahu Anha bertanya أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ ؟ » فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ » “Apakah kita akan binasa, sementara di tengah-tengah kita masih ada orang-orang yang soleh?.” Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Iya, ketika keburukan telah marak.” HR. Bukhari. Tidak diterimanya do’a. Sesungguhnya telah diriwayatkan berbagai hadits mengenai hal tersebut. Diantaranya hadits Aisyah Radhiyallahu Anha secara marfu’ مُرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ قَبْلَ أَنْ تَدْعُوا فَلاَ يُسْتَجَابَ لَكُمْ » “Perintahkanlah oleh kalian untuk berbuat yang ma’ruf dan laranglah kemungkaran, sebelum mengakibatkan doa yang kalian panjatkan tidak diterima.” HR. Ahmad. Menafikan kebaikan umat, beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam وَاللَّهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ وَلَتَأْخُذُنَّ عَلَى يَدَيْ الظَّالِمِ وَلَتَأْطُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ أَطْرًا وَلَتَقْصُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ قَصْرًا ، أَوْ لَيَضْرِبَنَّ اللَّهُ بِقُلُوبِ بَعْضِكُمْ عَلَى بَعْضٍ ثُمَّ لَيَلْعَنَنَّكُمْ كَمَا لَعَنَهُمْ » “Demi Allah, hendaklah kamu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan melarang kemungkaran, menghentikan orang yang berbuat zhalim, dan memalingkannya kembali kepada kebenaran, atau memperketat geraknya hanya pada lingkup kebenaran. Atau jika tidak dilakukan kelak Allah akan mempertentangkan hati sebagian kalian dengan sebagian yang lainnya, kemudian Dia melaknat kalian sebagaimana Dia telah melaknat mereka Bani Isra’il ” HR. Abu Dawud. Orang-orang fasik, berdosa dan kafir memerintah, kemaksiatan-kemaksiatan dikemas indah, dan kemungkaran-kemungkaran tersebar luas serta terus menerus terpampang. Munculnya kebodohan, lenyapnya ilmu, terpuruknya umat dalam kesewenang-wenangan dan tenggelam tidak berakhir. Cukuplah menjadi dasar turunnya adzab Allah Azza wa Jalla kepada orang yang meninggalkan perkara amar ma’ruf dan nahi munkar, serta para musuh Islam dan orang-orang munafik mampu menguasainya, dan melemah kekuatannya dan berkurang kewibawaannya. Saudara muslimku Al-Allamah Syaikh Hamd bin Atiq Rahimahullah berkata “Sekiranya ada seorang pria yang mampu berpuasa di siang harinya, dan berdiri shalat di malam harinya, dan bersikap zuhud terhadap semua perkara-perkara duniawi, namun bersamaan dengan itu dia tidak marah karena Allah, tidak pula berubah raut wajahnya, dan tidak memerah marah, tidak menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan tidak melarang kemungkaran, maka pria ini adalah manusia yang paling dimurkai di sisi Allah, yang paling minim kualitas agamanya, dan pelaku-pelaku dosa besar lebih baik dibandingnya di sisi Allah. Langkah-Langkah Al-Inkar tindakan mengingkari dan al-Amr tsindakan menyuruh PERTAMA, pengenalan. Sesungguhnya seorang yang jahil bodoh melakukuan sesuatu disebabkan ia tidak menduganya sebagai sebuah kemungkaran. Maka harus diberikan penjelasan kepadanya, diperintahkan untuk berbuat yang ma’ruf, dan diterangkan kepadanya mengenai besarnya ganjaran, berlimpah pahala untuk orang yang melakukannya. Demikian itu dilakukan dengan cara yang santun, lembut dan kasih sayang. KEDUA, nasehat. Demikian itu dengan membangun rasa takut akan siksa Allah Azza wa Jalla dan sangsi-Nya, serta mengingatkan pengaruh-pengaruh berbagai perbuatan dosa dan maksiat, hal itu dilakukan dengan bersahabat dan penuh kasih sayang kepadanya. KETIGA, menyerahkannya ke ahlul hisbah yaitu, Unit Pemerintahan yang bertugas melakukan pengawasan dan penegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, pent. sekiranya telah tampak sikap kedurhakaannya dan tak kunjung berhenti. KEEMPAT, berulang-ulang kali dan tidak berputus asa. Karena sesungguhnya para nabi dan rasul semuanya menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan perkara yang paling besar dalam hal ini adalah perkara tauhid. Dan mereka juga memberikan peringatan dari kemungkaran, dan perkara yang paling besar dalam hal ini adalah yaitu kesyirikan. Mereka melakukannya sepanjang tahun, tanpa jenuh dan bosan. KELIMA, memberikan hadiah buku dan kaset yang bermanfaat. KEENAM, kepada orang-orang yang dibawah tanggungjawabnya seperti istri dan anak-anaknya, maka boleh baginya untuk mengisolirnya, melarangnya dan memukul dengan pukulan yang mendidik. KETUJUH, amar ma’ruf dan nahi munkar mengharuskan pelakunya untuk bersikap lembut, santun, lapang dada, sabar, menyayangi manusia, bersahabat atas mereka, kesemuanya ini menuntut kesungguhan dan pengorbanan. Saudara muslimku Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan tahapan-tahapan tindakan merubah kemungkaran, dengan sabdanya Shallallahu Alaihi wa Sallam مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ » “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Sekiranya ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Sekiranya ia tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnysa iman ” HR. Muslim. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah berkata, “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku, berpegang teguhlah kalian kepada orsinalitas agamamu, muara dan hilirnya, bawah dan atasnya. Yaitu syahadat “ La ilaha illallah ” dan pahamilah maknanya. Cintailah pemeluknya. Dan kalian jadikanlah mereka sebagai saudara-saudara kalian, sekalipun mereka itu jauh lokasinya. Ingkarilah para thagut dan musuhi mereka, serta bencilah kepada orang-orang yang mencintai mereka. Atau bantahlah mereka, juga tidak mengafirkan mereka. Atau berkata, “Saya terlepas atas mereka.” Atau berkata, “Allah tidak membebaniku atas mereka.” Maka sungguh dia telah mendustakan ini kepada Allah dan telah membuat-buat kebohongan kamuflase. Bahkan Allah menjadikannya sebagai beban bagi mereka, dan berlepas diri terhadap mereka, sekalipun mereka adalah saudara-saudaranya atau anak-anaknya sendiri. Saudara muslimku Telah merebak di tengah-tengah manusia virus keengganan dari penegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, karena hal itu disebut sebagai mencampuri urusan orang lain intervensi. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman dan kurangnya iman. Dari Abu Bakar Radhiyallahu Anhu berkata أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ هَذِهِ الآيَةَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ لاَ يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ﴿١٠٥﴾ سورة المآئدة } وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ » “Wahai manusia, Sesungguhnya kalian telah membaca ayat ini Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda Sesungguhnya manusia, jika melihat orang yang melakukan perbuatan zalim, lalu mereka mereka tidak menghentikannya, nyaris saja Allah meratakan siksanya kepada mereka disebabkan sikapnya tadi.” HR. Abu Dawud. Simaklah tentang bahtera suatu kaum, sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan sabdanya مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا » “Perumpamaan orang yang berdiri di atas aturan-aturan Allah dan orang yang melanggarnya, adalah sama dengan sekelompok orang yang menumpang di atas perahu. Sebagian mereka berada di atas dan sebagian yang lain berada di bawah. Mereka yang berada di bawah, jika mereka ingin mengambil air, maka mereka melewati orang-orang yang ada di atasnya. Mereka yang berada di bawah berkata, Jika kami merusak perahu untuk mendapatkan bagian kami, kami tidak akan mengganggu orang-orang di atas kami.’ Jika orang-orang yang ada di atas membiarkan orang-orang yang ada di bawah nelakukan apa yang ia inginkan, maka mereka akan binasa semuanya. Jika mereka yang ada di atas menahan tangan mereka yang ada di bawah dari merusak, maka mereka semua akan selamat. Dan seandainya mereka memegang tangan melarang orang-orang yang berada di bawah melakukan hal itu, maka selamatlah mereka, selamatlah mereka semuanya.” HR. Bukhari. Sangat disesalkan sekali, tampak di sebagian masyarakat fenomena yang mengenaskan, yaitu sikap mengolok-ngolok terhadap para penegak amar ma’ruf dan nahi munkar, mencela dan memfitnah mereka. Sedangkan Allah Azza wa Jalla telah tegas-tegas mengancam siapa saja yang menyakiti orang-orang mukmin, baik yang laiki-laki maupun yang perempuan dengan adzab yang pedih. Kami ingatkan sudara-saudara yang kami cintai dan hormati megenai urgensi amar ma’ruf. Dikatakan dalam Hasyiyah Ibni Abidin, “Sesunggunya siapa yang mengatakan Fudhuli orang yang berbicara tidak karuan’ kepada pihak yang menyuruh berbuat ma’ruf dan melarang kemungkaran, maka dia adalah murtad keluar dari Islam.” Dalam ad-Durr al-Mukhtar, dkatakan dalam pasal al-Fudhuli, “Yaitu siapa yang sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna, dan seorang mengatakan kepada pihak yang menyuruh berbuat ma’ruf, kamu Fudhuli ’, dikuatirkan atasnya kekufuran. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran, yang menegakkan batasan-batasan-Mu. Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi karunia. Ya Allah ampunilah kami dan kedua orang tua kami serta kamu muslimin lainnya. Dan semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah atas nabi kami, Muhammad, juga kepada para keluarga dan seluruh sahabatnya.
ceramah amar ma ruf nahi munkar